@article{H.R_2012, place={Surabaya, Indonesia}, title={TANGGUNGJAWAB LEMBAGA EKONOMI ISLAM DALAM MENTRANSFORMASI MUSTAHIQ MENJADI MUZAKKI}, volume={2}, url={https://jurnalfebi.uinsby.ac.id/index.php/elqist/article/view/55}, DOI={10.15642/elqist.2012.2.2.257-278}, abstractNote={<p>Islam tidak memisahkan antara aqidah, ibadah dan muamalah, melainkan ketiganya merupakan satu kesatuan yang harus dijalankan secara kaffah. Muamalah merupakan ajaran Islam yang mengatur kehidupan sosial manusia termasuk aturan-aturan tentang perekonomian. Ibnu Khaldum dalam Chapra (2001:127) mengekspresikan hubungan fungsional dari otoritas pemerintah (G) adalah fungsi dari syariah (S), sumber daya insani (N), keadilan (j), pertumbuhan (g), dan kekayaan atau harta (W) atau    G = f (S,N,W, g dan j). Hubungan fungsional variabel-variabel tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 2.1. Model pada Gambar 2.1, tersebut menghubungkan semua variabel politik dan sosio ekonomi yang penting, yaitu Syariah (S), otoritas pemerintah atau <em>wazi</em> (G), manusia atau <em>rijal</em> (N), harta benda atau <em>maal</em> (W), pembangunan atau <em>imarah</em> (g) dan keadilan atau <em>al-adl</em> (j). Model hubungan antara variabel-variabel tersebut dikenal dengan Daur Keadilan (<em>Circle of Equity</em>). </p>}, number={2}, journal={El-Qist: Journal of Islamic Economics and Business (JIEB)}, author={H.R, Muhammad Nafik}, year={2012}, month={Oct.}, pages={257–278} }